Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2016

Malam Pertama Malam Terang

Ditinggalkan atau meninggalkan hanyalah awal dari bait-bait puisi tentang kerinduan. Sedang kita tidak sadar, rindu adalah dendam yang harus terbalaskan. Aku Malam. Lengkapnya Malam Terang. Aku lahir dan besar di Jakarta. Rumah berlantai dua dengan dinding krem menjadi saksi bisu tumbuh kembangku. Aku sempat tinggal berlima. Ayah, Ibu, Kak Nana, aku, dan Bi Ita. Ketika aku 15 tahun, orangtuaku bercerai. Ayah pergi dan kami tetap di rumah ini. Ayah menikah lagi dua tahun kemudian. Lima tahun berikutnya, Kak Nana menikah dan pindah ke Amsterdam. Di rumah ini tinggal aku, Ibu dan Bi Ita. Dua janda itu terlihat semakin akur setelah aku sering melancong ke luar kota bahkan negri. Kukira rasa saling memiliki di antara mereka akan semakin kuat setelah aku pindah dari rumah ini besok pagi.           Aku Malam. Aku menikah kemarin sore. Suamiku adalah lelaki pilihan Ibu; anak temannya. Kata Ibu, dia pantas untukku. Aku akhirnya menurut setelah terjadi percekcokan panjang dengan pe

Malin Kundang Tak Jadi Kondang

Sesungguhnya badai tidak pernah memporak-porandakan kapalnya Langit cerah menyambut mereka mengarung Selat Mentawai Dan si Anak pergi dengan selamat Ibu telah mengikhlaskan si Malin "Biarlah Ia hidup bahagia," Maka terjadilah: Anak durhaka tak pernah menjadi legenda Hingga waktu yang telah ditentukan Ia akan kembali ;Bersujud di kaki ibunya ;Menangis tersedu ;Dan memohon ampun "Jangan kutuk aku jadi batu." cp: tulisan ini dibuat untuk memenuhi nilai Penulisan Kreatif, kategori puisi naratif atau balada.